Saling Memuliakan
Oleh Dr A Ilyas Ismail
Diceritakan, Zaid ibn Tsabit, seusai pemimpin shalat jenazah,
langsung menuju kendaraan (bighal)-nya yang diparkir tak jauh dari
masjid. Tiba-tiba datang Abdullah ibn Abbas, memegang kendali bighal dan
mengemudikannya. Zaid mencegahnya, tetapi Abdullah terus
mengemudikannya sambil berkata: “Demikian aku diperintah (oleh Rasul)
untuk menghormati ulama.” Zaid lantas meminta Abdullah menjulurkan
tangannya. Ia pun memberikannya, lalu Zaid memegang dan menciumnya
berkali-kali. Katanya, “Demikian aku diperintah (oleh Rasul) untuk
menghormati dan mencintai keluarga Nabi.” (HR Hakim dalam al-Mustadark).
Sungguh menarik apa yang diperlihatkan oleh dua orang tokoh sahabat
Nabi itu. Abdullah tidak ragu-ragu memberikan penghormatan yang
setinggi-tingginya kepada Zaid, teman dan senior-nya yang dikenal
sebagai ulama. Seperti diketahui, Zaid adalah penulis wahyu pada masa
Nabi. Ia juga ketua Tim Sembilan yang ditunjuk oleh Khalifah Utsman
untuk merampungkan tugas kodifikasi Alquran. Zaid juga merupakan salah
seorang imam bacaan Alquran (imam al-qira’ah) di Madinah.
Penghormatan Abdullah kepada Zaid dapat dipandang sebagai
penghormatan karena ilmu. Seperti dimaklumi, Islam adalah agama yang
sangat menghargai ilmu pengetahuan dan memuliakan orang-orang yang
berilmu (ulama). Nabi Adam AS, seperti dikisahkan dalam Alquran,
dinobatkan sebagai khalifah, mengalahkan kompetitor terberatnya, yaitu
para malaikat, adalah karena ilmu atau potensi intelektualitasnya. (QS
al-Baqarah [2]: 30). Allah SWT sendiri memberikan kemuliaan kepada para
ulama beberapa derajat. (QS al-Mujadilah [58]: 11).
Meskipun dimuliakan sebagai ulama, Zaid ibn Tsabit tidak lantas
membusungkan dada. Ia tetap rendah hati (tawadhu`). Ia mencium tangan
Abdullah berkali-kali sebagai penghormatan dan ekspresi cinta kepada
keluarga Nabi. Seperti diketahui, Abdullah adalah sepupu Nabi, anak
pamannya, Abbas ibn Abd al-Muthtalib. Nabi SAW sangat mencintai
Abdullah. Sewaktu kecil, Abdullah pernah didoakan oleh Nabi agar pandai
dalam agama dan tafsir.
Penghormatan Zaid kepada Abdullah dapat dipandang sebagai
penghormatan kepada keluarga Nabi. Setiap Muslim sudah sepatutnya
menghormati dan mencintai keluarga Nabi. Dalam shalat kita diperintahkan
agar berselawat kepada Nabi SAW dan kepada keluarganya, “Allahumma
shalli `ala Muhaammad wa `ala ali Muhammad.” Dalam Alquran disebutkan
bahwa Allah melimpahkan rahmat dan keberkahan kepada kelurga Nabi. “Para
Malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan
Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkahan-Nya, dicurahkan atas
kamu, Hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.”
(QS Hud [11]: 73).
Pada masa kita sekarang, adab saling mencintai dan menghormati ini
dirasakan semakin langka dan semakin menjauh dari kehidupan kita.
Pasalnya, dalam banyak hal, kita bukan saling menghormati, melainkan
saling merendahkan. Ironisnya lagi, para pemimpin, tokoh, dan pemuka
masyarakat justru saling bertengkar, saling menghujat, dan saling
merendahkan satu dengan yang lain. Maka itu, kita perlu belajar lebih
banyak lagi dari teladan Nabi SAW dan para sahabat-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar