Keunggulan Manusia
Oleh: Dr A Ilyas Ismail
Sebagai
makhluk dengan citra ketuhanan, manusia memiliki banyak keunggulan.
Manusia adalah makhluk batin (QS at-Tin 4). Manusia lebih mulia dari
makhluk lain (QS al-Isra’ 70). Puncaknya, manusia ditunjuk oleh Allah
SWT sebagai khalifah, wakil-Nya, di muka bumi. “Dan ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak
menjadika seorang khalifah di muka bumi’.” (QS Al Baqarah 30).
Secara
sufistik, manusia dipandang sebagai tujuan akhir penciptaan. Maksudnya,
alam diciptakan karena manusia. Dalam hadits qudsi disebutkan: “Wa
laulaka, wa laulaka ma khalaqtu ‘alam (Kalau bukan karena kamu, kalau
bukan karena kamu, Aku tak menciptakan ala mini).” Kata ‘kami’ dalam
firman ini menunjuk kepada Nabi Muhammad SAW sebagai insane kamil, yaitu
manusia paripurna yang telah mampu mentransmisi dan mengaktualisasi
semua potensi keunggulannya dengan baik, par excellent.
Manusia,
kata Jalaluddin Rumi, ibarat bua pohon (tsamrah). Buah pohon lahir
lebih belakang daipada dahan dan rating. Akan tetapi, semua petani
menanam pohon pasti karena mengharap buahnya. Sebab, pohon tanpa buah
sama dengan kesia-siaan alias kurang bermanfaat. Kalau begitu, meski
manusia diciptakan belakangan, ia merupakan inti sel (nucleus) dari alam
ini.
Sebagian dari keunggulan manusia itu sudah dikenali dengan baik seperti tubuh (fisik)-nya, tetapi
sebagian yang lain belum dikenali
semua, seperti mental (kecerdasan berpikir) dan potensi rohani
(spiritualitas). Dalam Alquran, disebutkan banyak potensi dan keunggulan
manusia, misalnya, jiwa (nafs), fitrah (fitrah), akal pikiran (‘aql),
akal hati (lubb), hati (fu’ad), mata hati (bashira), kalbu (qalb), dan
roh (ruh). Sains modern baru berbicara tentang badan kasar
(fisik) manusia ditamba mental (jiwa) dan belum banyak berbicara
mengenai potensi rohani. Oleh sebab itu, sebagian saintis semacam Alexis
Carrel merasa lebih tepat menyebut manusia sebagai the unknown atau
al-Insan dzalika al-majhul (manusia adalah makhluk yang belum dikenali
sepenuhnya).
Seperti telah dikemukakan, di antara keunggulan
manusia itu adalah potensi kecerdasan dan ilmunya. Nabi Adam AS ditunjuk
menjadi khalifah karena ilmunya (QS al Baqarah 31). Dari sini timbul
ungkapan “knowledge is power” (Ilmu adalah kekautan). Perlu diketahui,
ilmu menjadi kekuatan manakala terpenuhi tiga syarat.
Pertama, profound knowledge (ilmu yang luas dan dalam), karena ilmu yang terbatas apalagi cetektak
menjadi kekuatan. Kedua, applied knowledge (ilmu yang diamalkan),
karena ilmu yang tak diamalkan sama dengan pohon yang tidak berbuah (ka
al-syajar bila tsamar). Ketika, ilmu harus menjadi alat dan cara
(metode) untuk mencapai visi atau cita-cita mulia (as a tools to get
faster the ultimate goal).
Keunggulan manusia tak hanya berarti
orang (man power), tetapi pemikiran dan ilmu (mind power), bahkan orang
dengan kualitas total (toal quality people) yang menyatu dan berpadu
dalam dirinya trilogy keunggulan Islam, yaitu Iman, Ilmu, dan Amal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar