Senin, 21 Mei 2012

Keunggulan Manusia

Oleh: Dr A Ilyas Ismail

Sebagai makhluk dengan citra ketuhanan, manusia memiliki banyak keunggulan. Manusia adalah makhluk batin (QS at-Tin 4). Manusia lebih mulia dari makhluk lain (QS al-Isra’ 70). Puncaknya, manusia ditunjuk oleh Allah SWT sebagai khalifah, wakil-Nya, di muka bumi. “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadika seorang khalifah di muka bumi’.” (QS Al Baqarah 30).
Secara sufistik, manusia dipandang sebagai tujuan akhir penciptaan. Maksudnya, alam diciptakan karena manusia. Dalam hadits qudsi disebutkan: “Wa laulaka, wa laulaka ma khalaqtu ‘alam (Kalau bukan karena kamu, kalau bukan karena kamu, Aku tak menciptakan ala mini).” Kata ‘kami’ dalam firman ini menunjuk kepada Nabi Muhammad SAW sebagai insane kamil, yaitu manusia paripurna yang telah mampu mentransmisi dan mengaktualisasi semua potensi keunggulannya dengan baik, par excellent.
Manusia, kata Jalaluddin Rumi, ibarat bua pohon (tsamrah). Buah pohon lahir lebih belakang daipada dahan dan rating. Akan tetapi, semua petani menanam pohon pasti karena mengharap buahnya. Sebab, pohon tanpa buah sama dengan kesia-siaan alias kurang bermanfaat. Kalau begitu, meski manusia diciptakan belakangan, ia merupakan inti sel (nucleus) dari alam ini.
Sebagian dari keunggulan manusia itu sudah dikenali dengan baik seperti tubuh (fisik)-nya, tetapi
sebagian yang lain belum dikenali semua, seperti mental (kecerdasan berpikir) dan potensi rohani (spiritualitas). Dalam Alquran, disebutkan banyak potensi dan keunggulan manusia, misalnya, jiwa (nafs), fitrah (fitrah), akal pikiran (‘aql), akal hati (lubb), hati (fu’ad), mata hati (bashira), kalbu (qalb), dan roh (ruh). Sains modern baru berbicara tentang badan kasar (fisik) manusia ditamba mental (jiwa) dan belum banyak berbicara mengenai potensi rohani. Oleh sebab itu, sebagian saintis semacam Alexis Carrel merasa lebih tepat menyebut manusia sebagai the unknown atau al-Insan dzalika al-majhul (manusia adalah makhluk yang belum dikenali sepenuhnya).
Seperti telah dikemukakan, di antara keunggulan manusia itu adalah potensi kecerdasan dan ilmunya. Nabi Adam AS ditunjuk menjadi khalifah karena ilmunya (QS al Baqarah 31). Dari sini timbul ungkapan “knowledge is power” (Ilmu adalah kekautan). Perlu diketahui, ilmu menjadi kekuatan manakala terpenuhi tiga syarat.
Pertama, profound knowledge (ilmu yang luas dan dalam), karena ilmu yang terbatas apalagi cetektak menjadi kekuatan. Kedua, applied knowledge (ilmu yang diamalkan), karena ilmu yang tak diamalkan sama dengan pohon yang tidak berbuah (ka al-syajar bila tsamar). Ketika, ilmu harus menjadi alat dan cara (metode) untuk mencapai visi atau cita-cita mulia (as a tools to get faster the ultimate goal).
Keunggulan manusia tak hanya berarti orang (man power), tetapi pemikiran dan ilmu (mind power), bahkan orang dengan kualitas total (toal quality people) yang menyatu dan berpadu dalam dirinya trilogy keunggulan Islam, yaitu Iman, Ilmu, dan Amal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar